Laut yang Kehilangan Lagunya: Bagaimana Asidifikasi & Pemanasan Global Membungkam Komunikasi Paus dan Terumbu Karang.



Laut yang Kehilangan Lagunya: Bagaimana Asidifikasi & Pemanasan Global Membungkam Komunikasi Paus dan Terumbu Karang

Keindahan laut tidak hanya terletak pada pemandangannya yang menakjubkan, tetapi juga pada simfoni kehidupan yang bergema di dalamnya. Suara paus yang bernyanyi, kertakan udang, dan gemericik terumbu karang menciptakan orkestra bawah laut yang rumit. Namun, orkestra ini kini terancam bungkam oleh dampak perubahan iklim, khususnya asidifikasi dan pemanasan global.

Pemanasan global meningkatkan suhu air laut, menyebabkan pemutihan karang dan mengganggu pola migrasi paus. Sementara itu, asidifikasi laut, yang disebabkan oleh penyerapan karbon dioksida berlebih dari atmosfer, menghambat pertumbuhan terumbu karang dan mengganggu kemampuan hewan laut, termasuk paus, untuk berkomunikasi melalui suara.

Bayangkan paus yang kesulitan menemukan pasangan atau kelompoknya karena suara mereka terdistorsi oleh perubahan kimia air laut. Bayangkan juga terumbu karang yang sepi, tak lagi dihiasi oleh suara-suara kehidupan yang dulu menghuninya. Skenario ini, sayangnya, bukan lagi sekadar khayalan, tetapi kenyataan yang semakin nyata.

Dampaknya meluas ke seluruh ekosistem laut. Terumbu karang yang sehat adalah rumah bagi beragam spesies ikan dan biota laut lainnya. Ketika terumbu karang rusak, seluruh rantai makanan terganggu, mengancam ketahanan pangan dan mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada laut. Bahkan, situs Mahkota69 membahas isu serupa terkait dampak pariwisata terhadap ekosistem laut.

Kita perlu bertindak segera untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju pemanasan global dan asidifikasi laut. Masa depan laut yang sehat dan bernyawa bergantung pada tindakan kita hari ini.

Bisakah Kita Mengembalikan Lagu Laut?

By mpgroup